Kamis, 01 Agustus 2013

Dibalik Kesederhanaan Hutan Mangrove

 Oleh : Farid Gaban
Terhampar di garis khatulistiwa, Indonesia adalah negeri kepulauan pemilik salah satu kekayaan alam terpenting: hutan mangrove terluas di planet ini. Hutan mangrove memang tersebar di 123 negara tropis dan subtropis. Namun, dua pertiga hutan itu hanya di 12 negara saja. Dan yang terluas ada di Indonesia.
Menurut The World Atlas of Mangroves (2010), luas hutan mangrove dunia mencapai 15 juta ha. Indonesia memiliki sekitar 3,15 juta ha, atau 21 persen luas hutan mangrove dunia tadi. Indonesia diikuti Brazil yang cuma memiliki 9 persen, serta Nigeria, Meksiko dan Australia yang masing-masing hanya sekitar 750.000 ha atau 5 persen saja.
Tumbuh di pesisir pantai, mengelilingi pulau-pulau, hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik. Hutan mangrove hanya satu persen saja dari luas keseluruhan hutan dunia. Namun, makna dan manfaatnya luar biasa bagi kelangsungan hidup umat manusia, dan khususnya bagi manusia negeri bahari seperti Indonesia. Kelangkaan hutan mangrove di satu sisi, dan perannya yang penting di sisi lain, membuat ekosistem ini terlalu berharga untuk dibiarkan punah.
Seperti hutan lain pada umumnya, dia merupakan kawasan hijau yang berfungsi sebagai paru-paru alami dunia. Para ahli ekologi percaya, hutan mangrove dunia menyerap sekitar 20 juta metrik ton karbon dari udara. Berkurangnya hutan ini ikut menyumbang peningkatan suhu bumi, atau pemanasan global, yang berakibat pada melelehnya es di kutub dan makin tingginya air laut yang menyapu kawasan pesisir dan bahkan menenggelamkan pulau-pulau kecil.
Berisi 17.500 pulau, Indonesia memiliki 95.000 km garis pantai, menjadikan negeri ini negeri tropis dengan garis pantai terpanjang di dunia. Sekitar 60% penduduk Indonesia tinggal kawasan tepian pantai; dan sekitar 40 juta orang di antaranya mendiami wilayah daratan hanya dengan ketinggian 10 meter di atas permukaan air laut. Artinya, mereka adalah penduduk Indonesia yang paling rentan terhadap perubahan permukaan air laut.
Hutan mangrove di tepian pantai ini berisi pohon dan belukar yang sangat digdaya, yang mampu bertahan hidup dalam kondisi lingkungan ganas: tanah berkandungan garam tinggi, hawa panas, timbunan lumpur pekat, dan gempuran ombak laut terus-menerus. Dengan kedigdayaannya, hutan mangrove bermurah hati menjadi pelindung sekaligus tempat bertelur dan menteas aneka ragam penghuni laut seperti ikan dan udang.
Di balik penampilannya yang nampak bersahaja, hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem paling produktif dan secara biologis sangat penting.  Sekitar 75 persen ikan komersial menetas, tumbuh dan berkembang di situ, hidup bahu-membahu dengan aneka ragam fauna lain seperti kepiting, burung-burung, serangga dan hewan-hewan pengerat.
Keutuhan hutan mangrove karenanya sangat penting bagi kelangsungan usaha perikanan dan kelangsungan hidup jutaan nelayan serta masyarakat pesisir yang hidup di tepian pantai pulau-pulau di Indonesia. Sebaliknya, rusaknya hutan mangrove akan menggerus sumberdaya ekonomi masyarakat pesisir, khususnya nelayan, yang pada akhirnya memperparah masalah kemiskinan.